Warming Up Ramadhan

Hari ini kita telah memasuki bulan Sya’ban, tepatnya tanggal 2 Sya’ban. Artinya kurang dari 1 bulan lagi, bulan paling mulia akan tiba, yakni bulan Ramadhan. Bulan dimana ampunan di tumpah ruahkan, amalan dilipat gandakan, pintu surga dibuka lebar-lebar sedang pintu neraka digembok rapat, pun para syetan laknat dibelenggu. Di bulan Ramadhan pula Al-Quran di turunkan dan ada pula  malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, yang kita kenal dengan nama malam Lailatul Qadar.

Kita semua tahu, bahwa akan sangat merugi apabila kita menyia-nyiakan bulan mulia ini dan tidak meningkatkan amal ibadah. Namun entah kenapa hal itu hanya berlaku selama Ramadhan saja, sedangkan setelah Ramadhan berlalu, ketekunan ibadah itu pun ikut lalu pula, atau lebih tepatnya terjadi penurunan. 

Coba saja kita cek pada diri masing-masing, bandingkan kegiatan ibadah kita di kala bulan Ramadhan dengan di bulan-bulan lainnya. Apakah tetap stabil, terjadi peningkatan, atau bahkan penurunan malahan? Dimana banyak kebiasaan baik yang telah terbangun di bulan Ramadhan justru tertinggalkan.

Ada pula yang ketika Ramadhan tiba masih belum siap menyambutnya. Hutang puasa masih belum terbayarkan, ketika menjalani puasa justru ibadah tidak maksimal, terlalu banyak tidur sehingga melewatkan amalan dan waktu-waktu yang utama, bahkan mungkin boleh jadi di akhir bulan Ramadhan semangat kita mulai menurun untuk memperbanyak aktivitas di bulan Ramadhan. Padahal tujuan akhir dari puasa bulan Ramadhan adalah taqwa, sebagaimana dalam Qs. Al-Baqarah: 183 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” 

Dalam pandangan Buya Hamka, taqwa berarti memelihara. Maknanya memelihara hubungan baik dengan Allah dengan cara menaati perintahnya dan menjauhi apa-apa yang tidak diridhoinya. Sehingga taqwa bukan sekedar rasa takut semata, namun hadir pula di dalamnya rasa cemas, harap, tawakal, ridha, kasih dan sabar. Jika ibadah-ibadah dan amal kebaikan kita hanya muncul ketika Ramadhan tiba dan ikut berlalu ketika Ramadhan berlalu, maka perlu dipertanyakan, “Apakah ada yang salah?”

Sebuah poin menarik dan memantik introspeksi diri yang disampaikan oleh seorang pembicara di Webinar bertemakan “Warming Up Ramadhan” bernama Nabila Hayatina, bahwa “syetan-syetan memang dibelenggu, namun boleh jadi kita yang membelenggu diri kita sendiri”.

Apa Arti Ramadhan?

Dalam Webinar bertemakan “Warming Up Ramadhan” tersebut, Nabila Hayatina mengibaratkan bahwa Ramadhan itu layaknya sebuah ajang perlombaan. Kita ambil contoh saja para atlet olahraga. Apa yang mereka lakukan ketika hendak bertanding di sebuah perlombaan olahraga? Latihan keras, memperhatikan porsi makan, menjaga stamina tubuh dan kesehatannya baik mental ataupun fisik agar selalu prima. Hal itu dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari perlombaan tiba. Itu dalam hal keduniaan yang hanya berlangsung sesaat.

Maka bagaimana dengan Ramadhan dengan segala keutamaannya baik di dunia maupun di akhirat kelak? Apakah kita akan menyambutnya tanpa persiapan? Jika Ramadhan adalah ajang perlombaan, maka kitalah yang memutuskan hendak menjadi juara yang mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari, atau peserta nyantai yang berlomba tanpa persiapan apapun, atau justru sekedar menjadi penonton semata?

Nabila Hayatina juga menyinggung, bahwa Ramadhan adalah ibaratkan bisnis tanpa rugi. Mengapa? Karena barang sekecil apapun akan dibeli dengan harga berkali-kali lipat. Demikianlah amalan kita, yang entah sekecil apapun itu pasti akan diberi ganjaran pahala oleh Allah Swt. dengan berkali-kali lipat di bandingkan di bulan-bulan lainnya. 

Apalagi jika amalan tersebut adalah amalan besar dan penuh keutamaan, pastinya harga yang akan Allah tawarkan jauh lebih tinggi lagi. Sehingga tidaklah mungkin seseorang merugi ketika ia bertransaksi dengan Allah. Maka menjadi penting untuk memperbaiki kualitas diri, agar harga yang akan Allah Swt. tawarkan pada kita pun juga tinggi.

Bersolek Menyambut Ramadhan

Ibarat seorang atlet yang hendak menyambut datangnya hari perlombaan dengan banyak berlatih dan menjaga performa tubuhnya agar selalu dalam keadaan prima, maka demikianlah kita sebagai seorang muslim harusnya menyambut Ramadhan. Sebelum Ramadhan tiba, kita disunnahkan menyambutnya dengan mulai berpuasa di 10 hari pertama bulan Rajab, lalu kemudian di bulan Sya’ban. 

Hingga kemudian kita bertemu bulan Ramadhan dalam keadaan sudah siap berpuasa karena telah  beradaptasi 2 bulan sebelumnya. Sehingga tubuh pun tidak kaget dan lemas ketika hendak 30 hari penuh berpuasa. Ketika fisik dalam keadaan prima, maka ibadah yang kita laksanakan pun harusnya dapat maskimal pula. 

Betapa pentingnya persiapan dalam menyambut Ramadhan sehinngga dalam Webinar tersebut Nabila Hayatina pun menyinggung 3 hal yang wajib untuk di evaluasi oleh seorang muslim sebelum ia memasuki bulan Ramadhan, yaitu:

1. Cek kedekatan dengan Alquran.

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia. Maka kita pun diwajibkan untuk sering membaca dan memahaminya. Selain itu, membaca Al-Quran juga memiliki banyak keutamaan, maka lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan. 

Salah satu keutamaan tersebut ialah sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469). 

2. Memperbanyak doa.

Yahya bin Abi Katsir pernah berdoa, “ya Allah, selamatkanlah aku agar bisa berjumpa dengan Ramadhan. Selamatkanlah aku agar berhasil menjalani Ramadhan dan terimalah amalku.”

3. Sibuk bersedekah

Ketika sesi tanya jawab, ada satu pertanyaan menarik yang perlu untuk di simak yaitu: “bagaimana agar dapat mempertahankan semangat dalm beribadah, terlebih di 10 hari terakhir ketika semangat sudah mulai turun?” maka hal itu Nabila jawab, bahwa cara paling ampuh untuk menjaga semangat ibadah tersebut ialah dengan persiapan ilmu. 

Karena ilmu itulah yang nantinya akan senantiasa menjaga semangat kita, khususnya mempelajari ilmu seperti ilmu fiqh, adab-adab puasa, sunah puasa, waktu-waktu utama dalam beribadah, dan doa-doa yang perlu dipanjatkan. Maka akan sangat berbeda antara orang yang menjalani puasa dengan ilmu dan yang tanpa ilmu.

Untuk itulah, dalam waktu kurang dari 1 bulan ini, mari persiapkan segalanya sebaik mungkin dalam rangka menyambut bulan terbaik yaitu bulan Ramadhan dan demi mendapatkan malam terbaik yaitu malam Lailatul Qadar. Pun juga mempersiapkan diri untuk selalu konsisten menjalani ibadah, amalan atau kebiasaan baik yang terbentuk selama ramadhan agar tetap belanjut meski Ramadhan telah lalu hingga kita berjumpa lagi dengan Ramadhan berikutnya, jika Allah mengizinkan.

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah pernah bersabda bahwa: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kudus, 16 Maret 2021

Nb: Artikel ini ditulis berdasarkan pembahasan pada Webinar yang diadakan oleh KMPro (Keluarga Muslim Produktif) berjudul “Warming Up Ramadhan” pada tanggal 14 Maret 2021 yang disampaikan oleh Nabila Hayatina, Dewan Pembina Baitul Maqdis.

Penulis: Dwi Wahyuningsih, Pengurus HMPS IQT IAIN KUDUS

Posting Komentar

0 Komentar