Teroris Yang Dipenjarakan

 




Dalam melukis senja menawan dilembar angkasa, Jiwanya terpatahkan oleh sebutir realita tipuan. Berbagai tinta kehidupan terus dicampuradukkan demi tercipta sebuah gambar keelokan. Namun terkadang goresan itu amat menyakitkan hingga menjadi alasan mata untuk bersamudra kepiluan.

Tiga detik berlalu, tiba-tiba terdengar gelombang suara yang dahsyat. Ledakan bom yang disuarakan. Tembakan peluru yang dilepaskan. Tusukan panah yang ditancapkan. Seketika itu, cairan merah pekat mengalir deras. Sel kulit hangus. Organ tubuh berserakan. Jiwanya dianggap melakukan sebuah kejahatan kriminal oleh penduduk bumi. la dikucilkan bahkan menjadi buah bibir yang amat lezat diperbincangkan. la terkenal sebagai teroris yang berani mematahkan berbagai peraturan gharib dengan lincah.

Akhirnya, Jiwanya memasuki ruangan besi berkilap. la masih bertanya," Apakah Aku salah???". la mengira bahwa cinta dan pembaktian adalah satu kesatuan. Ketika ada sasaran objek yang ia cintai, maka berbagai alat senjata akan menjadi genggaman kuat untuk mendapatkannya. Bagaikan lentera cinta dari sosok manusia pendosa ketika merajut benang tali perjalanan menuju keagungan gunung muria.

Suara batin yang berkecamuk

Paru-paru yang retak

Jantung yang rusak

Hati yang berontak

Jiwanya rapuh dan melemah. Lalu tak disangka datanglah sosok polisi berparas cantik. Ia berkata," Wahai pelaku kriminal, mengapa Kau bersedih hati? Disinilah tempatmu untuk memperbaiki diri. Memanifestasikan cintamu untuk Murobbimu. Apakah Kau lupa, Allah SWT berfirman dalam QS Az-Zalzalah ayat 7 dan 8,

فمن يعمل مثقال ذرة خيرايرة (۷) ومن يعمل مثقال ذرة شرايرة (۸)

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat Zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya."

And the last, Teroris itu pun mulai merekahkan simbol senyum di bibirnya. Memulihkan batinnya untuk bermuara cinta kepada Murobbinya. Hari demi hari terlewatkan dengan tamparan hukuman yang mendidik. Tak pandang siang ataupun malam. Jiwanya sudah tenggelam dalam lembah sumur keberkahan.

Penulis: Yasmin, Mahasiswi IQT Semester 5

Posting Komentar

0 Komentar