Sejarah Puasa dan Keutamaanya

 
 مرحبا يا شهر رمضان

يا شهر الصيام /×٢

Lagu ciptaan Haddad Alwi feat Anti tersebut sedang ramai menghiasi ranah dunia maya yang sedang hangat-hangatnya. Melalui lagu ini, seorang muslim dapat merindukan sosok bulan yang paling dicintai oleh mereka. Mereka dapat merasakan hawa kerinduan dan kecintaan bulan suci tersebut yang akan kita masuki gerbangnya pada tanggal 23 Maret 2023 kelak.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i disebutkan "Barangsiapa yang merindukan bulan Ramadhan, maka jasadnya tidak akan disentuh sedikitpun oleh api neraka". Meskipun hadis di atas masih diragukan posisinya, atau lemah (dhaif), namun hadis tersebut boleh dijadikan sebagai penyemangat kita untuk senantiasa dapat merindukan kehadiran bulan yang suci ini.

Bulan Ramadhan dinamai demikian, karena cuaca terik dan panas yang ekstrim pada tanah Arab kala itu. Sangking teriknya dan atas preseptik bangsa Arab yang selalu menamakan sebuah bulan sesuai musim yang terjadi menjadi sebab bangsa Arab mengakatan ramadhan untuk bulan ini yang berarti membakar.

Kemudian kata ramadh berevolusi menjadi ramadha yang artinya batu atau karang yang membakar. Ahli bahasa Arab mengatakan bahwa jika teringin untuk membuat sesuatu lebih terbakar, maka capitlah sesuatu tersebut diantara 2 batu yang kemudian dipukul-pukul. Hal ini serupa dengan puasa yang akan membakar dan memukul terus sifat-sifat tercela dan perilaku-perilaku tercela dicelah-celah 2 batu, yaitu lapar dan haus.

Puasa secara etimologi adalah الامساك والكفّ عن الشّئ   yang berarti menahan diri dari sesuatu. Puasa juga sering disebut sebagai as-siyam dan as-soum dalam Al-Qur'an dan hadits. Secara istilah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Ibnu Katsir menyatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan jima' dengan niat ikhlas karena Allah SWT yang maha Agung lagi maha Mulia, karena puasa memuat berbagai macam manfaat bagi kebersihan, kesehatan, dan kesempurnaan diri dari keburukan dan akhlak tercela.

Perintah untuk berpuasa ini sudah muncul dari abad ke-2. Saat itu nabi sedang berada di Madinah. Menurut syeikh Yusuf al-Qaradhawi dalam kitab Fiqh As-Shiyam menggambarkan bahwa puasa Ramadhan ini berkaitan sekali dengan periodesasi Islam dakwah Nabi Muhammad Saw.

Seperti yang kita tahu bawa ayat-ayat yang membahas persoalan akidah diturunkan Allah SWT di kota Makkah (makkiyah). Ayat-ayat tersebut yang menanamkan keyakinan dan kemurnian ketauhidan dari sifat-sifat jahiliyyah yang tertancap di masyarakat. Lalu, pada saat nabi Muhammad Saw telah hijrah ke Madinah, kaum muslimin telah bersatu dan mempunyai kestrukturan yang jelas. Maka, ayat-ayat madaniyyah membahasa tentang kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap muslim dengan hukum dan ketentuan tertentu. Puasa Ramadhan juga merupakan suatu kewajiban dan ayat yang memerintahkan demikian adalah ayat madaniyyah, yaitu Q.S Al-Baqarah(2) ayat 183.

Terdapat keunikan pada ayat tersebut, yaitu bentuk perintahnya bukan menggunakan fi'il amar, tetapi menggunakan fi'il majhul "dituliskan". Jika menunjuk pada kandungannya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan fi'il majhul mengisyaratkan bahwa kewajiban untuk berpuasa ini bukan hanya muncul pada masa Islam saja, tapi telah diwajibkan juga kepada umat-umat terdahulu sebelum Islam. Karena itulah Allah menuliskannya menggunakan fi'il majhul bukan fi'il amar.

Beberapa puasa dari umat terdahulu adalah puasa 10 Muharram yang dilakukan oleh umat Yahudi dengan dasar syukur kepada Allah atas selamatnya nabi Musa as dari kejaran Fir'aun, puasa yang dilakukan oleh nabi Daud as yang berjarak selang sehari, puasa Maryam as, puasa nabi Adam as, dan lain-lain.

Puasa Ramadhan mengandung beberapa keutamaan bagi muslim yang melaksanakannya. Diantaranya adalah

1.  Mendapatkan gelar ketaqwaan 

Jika seseorang mendapatkan gelar tertinggi di surga ini, maka ia akan 

  •  Dimudahkan dalam setiap urusannya. "Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)   

  •  Dicukupi kebutuhannya. "Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath Thalaaq: 3)  

  • Diberi jalan keluar dalam setiap permasalahan. "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath-Thalaaq: 2) 

  • Tenang jiwanya. "Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-A'raaf: 35)  

2'   2. Diampuni setiap dosa-dosa

        "Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

      3.  Pahala dilipatgandakan 

      Nabi Muhammad bersabda, "Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya." (HR. Bukhari Muslim).

Masih banyak lagi keutamaan bagi muslim yang melaksanakannya dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Mari bersama-sama kita bertakwa kepada Allah dengan selalu melaksanakan setiap perintahnya, salah satunya adalah dengan berpuasa ini. Demikian ini kita laksanakan demi terwujudnya ridho Allah untuk kita agar bersama-sama dapat dicintai oleh Allah SWT.

Referensi:

https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-166-merindukan-ramadhan

https://batam.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-2306404202/asbabun-nuzul-surat-al-baqarah-ayat-183-perintah-wajib-puasa-ramadhan?page=2

https://islam.nu.or.id/puasa/bagaimana-puasa-umat-sebelum-nabi-muhammad-3tWcs

Najmuddin Zuhri, Muhammad dan Ani Sumaji, Muhammad.(2008). 125 Masalah Puasa. Solo: Tiga Serangkai.

Pustaka Zahra. Rahasia Puasa Ramadhan. Zahra Publishing House.


Oleh: Muhammad Khusnu Zain, Pengurus HMPS IQT IAIN Kudus

Posting Komentar

0 Komentar