يا شهر الصيام /×٢
Dalam
hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i disebutkan "Barangsiapa yang
merindukan bulan Ramadhan, maka jasadnya tidak akan disentuh sedikitpun oleh
api neraka". Meskipun hadis di atas masih diragukan posisinya, atau lemah
(dhaif), namun hadis tersebut boleh dijadikan sebagai penyemangat kita untuk
senantiasa dapat merindukan kehadiran bulan yang suci ini.
Bulan
Ramadhan dinamai demikian, karena cuaca terik dan panas yang ekstrim pada tanah
Arab kala itu. Sangking teriknya dan atas preseptik bangsa Arab yang selalu
menamakan sebuah bulan sesuai musim yang terjadi menjadi sebab bangsa Arab
mengakatan ramadhan untuk bulan ini yang berarti
membakar.
Kemudian
kata ramadh berevolusi menjadi ramadha yang
artinya batu atau karang yang membakar. Ahli bahasa Arab mengatakan bahwa jika
teringin untuk membuat sesuatu lebih terbakar, maka capitlah sesuatu tersebut diantara 2 batu yang kemudian dipukul-pukul. Hal ini serupa dengan puasa yang akan membakar
dan memukul terus sifat-sifat tercela dan perilaku-perilaku tercela
dicelah-celah 2 batu, yaitu lapar dan haus.
Puasa
secara etimologi adalah الامساك
والكفّ عن الشّئ yang berarti menahan diri dari sesuatu. Puasa juga
sering disebut sebagai as-siyam dan as-soum dalam Al-Qur'an dan hadits. Secara
istilah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dapat
membatalkan puasa. Ibnu Katsir menyatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari
makan, minum, dan jima' dengan niat ikhlas karena Allah SWT yang maha Agung lagi maha Mulia, karena puasa memuat berbagai macam
manfaat bagi kebersihan, kesehatan, dan kesempurnaan diri dari keburukan dan
akhlak tercela.
Perintah untuk berpuasa ini sudah muncul dari abad
ke-2. Saat itu nabi sedang berada di Madinah. Menurut syeikh Yusuf al-Qaradhawi
dalam kitab Fiqh As-Shiyam menggambarkan bahwa puasa Ramadhan ini berkaitan
sekali dengan periodesasi Islam dakwah Nabi Muhammad Saw.
Seperti yang kita tahu bawa ayat-ayat yang membahas persoalan akidah diturunkan Allah SWT di kota Makkah (makkiyah). Ayat-ayat tersebut yang menanamkan keyakinan dan kemurnian ketauhidan dari sifat-sifat jahiliyyah yang tertancap di masyarakat. Lalu, pada saat nabi Muhammad Saw telah hijrah ke Madinah, kaum muslimin telah bersatu dan mempunyai kestrukturan yang jelas. Maka, ayat-ayat madaniyyah membahasa tentang kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap muslim dengan hukum dan ketentuan tertentu. Puasa Ramadhan juga merupakan suatu kewajiban dan ayat yang memerintahkan demikian adalah ayat madaniyyah, yaitu Q.S Al-Baqarah(2) ayat 183.
Terdapat keunikan pada ayat tersebut, yaitu bentuk
perintahnya bukan menggunakan fi'il amar, tetapi menggunakan fi'il majhul
"dituliskan". Jika menunjuk pada kandungannya, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan fi'il majhul mengisyaratkan bahwa kewajiban untuk berpuasa ini
bukan hanya muncul pada masa Islam saja, tapi telah diwajibkan juga kepada
umat-umat terdahulu sebelum Islam. Karena itulah Allah menuliskannya
menggunakan fi'il majhul bukan fi'il amar.
Beberapa
puasa dari umat terdahulu adalah puasa 10 Muharram yang dilakukan oleh umat
Yahudi dengan dasar syukur kepada Allah atas selamatnya nabi Musa as dari
kejaran Fir'aun, puasa yang dilakukan oleh nabi Daud as yang berjarak selang
sehari, puasa Maryam as, puasa nabi Adam as, dan lain-lain.
Puasa Ramadhan mengandung beberapa keutamaan bagi muslim yang melaksanakannya. Diantaranya adalah
1. Mendapatkan gelar ketaqwaanJika seseorang mendapatkan gelar tertinggi di surga ini, maka ia akan
- Dimudahkan dalam setiap urusannya. "Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)
- Dicukupi kebutuhannya. "Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath Thalaaq: 3)
- Diberi jalan keluar dalam setiap permasalahan. "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath-Thalaaq: 2)
- Tenang jiwanya. "Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-A'raaf: 35)
2' 2. Diampuni setiap dosa-dosa
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Pahala dilipatgandakan
Nabi Muhammad bersabda, "Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya." (HR. Bukhari Muslim).
Masih
banyak lagi keutamaan bagi muslim yang melaksanakannya dengan niat yang ikhlas
karena Allah SWT. Mari bersama-sama kita bertakwa kepada Allah dengan selalu melaksanakan setiap perintahnya, salah satunya adalah dengan berpuasa ini.
Demikian ini kita laksanakan demi terwujudnya ridho Allah untuk kita agar
bersama-sama dapat dicintai oleh Allah SWT.
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-166-merindukan-ramadhan
https://batam.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-2306404202/asbabun-nuzul-surat-al-baqarah-ayat-183-perintah-wajib-puasa-ramadhan?page=2
https://islam.nu.or.id/puasa/bagaimana-puasa-umat-sebelum-nabi-muhammad-3tWcs
Najmuddin
Zuhri, Muhammad dan Ani Sumaji, Muhammad.(2008). 125 Masalah Puasa. Solo: Tiga
Serangkai.
Pustaka
Zahra. Rahasia Puasa Ramadhan. Zahra Publishing House.
Oleh: Muhammad Khusnu Zain, Pengurus HMPS IQT IAIN Kudus
0 Komentar